QS: “Apa yang dikemukakan di atas sejalan dengan kenyataan yang
terlihat, antara lain di Makkah dan Madinah, di mana sekian banyak
penganut aliran Syiah Imamiyah yang shalat mengikuti shalat wajib yang
dipimpin oleh Imam yang menganut mazhab Sunni yang tentunya tidak
mempercayai imamah versi Syiah itu. Seandainya mereka menilai
orang-orang yang memimpin shalat itu kafir, maka tentu saja shalat
mereka tidak sah dan tidak juga wajar imam itu mereka ikuti.” (hal.
120).
PPS: “Memperhatikan tulisan Dr. Quraish Shihab di atas, seakan-akan
Syiah yang sesungguhnya memang seperti apa yang digambarkannya (tidak
menganggap Ahlusunnah kafir dan najis). Akan tetapi siapa mengira bahwa
faktanya tidak seperti penggambaran Dr. Quraish Shihab? Jika kita
merujuk langsung pada fatwa-fatwa ulama Syiah, maka akan tampak bahwa
sebetulnya Dr. Quraish Shihab hendak mengelabui pemahaman umat Islam
akan hakikat Syiah. Bahwa sejatinya, Syiah tetap Syiah. Apa yang mereka
yakini hari ini tidak berbeda dengan keyakinan para pendahulu mereka.
Dalam banyak literatur Syiah dikemukakan, bahwa orang-orang Syiah yang
shalat di belakang (menjadi makmum) imam Sunni tetap dihukumi batal,
kecuali dengan menerapkan konsep taqiyyah… “Suatu ketika, tokoh Syiah
terkemuka, Muhammad al-Uzhma Husain Fadhlullah, dalam al-Masa’il
Fiqhiyyah, ditanya: “Bolehkah kami (Syiah) shalat bermakmum kepada imam
yang berbeda mazhab dengan kami, dengan memperhatikan perbedaa-perbedaan
di sebagian hukum antar shalat kita dan shalat mereka?” Muhammad Husain
Fadhlullah menjawab: “Boleh, asalkan dengan menggunakan taqiyyah.”
(348-349).
Bahaya dan Sesatnya Ajaran Syiah
Thursday, 23 April 2015
Pesantren Sidogiri Bongkar Penyimpangan Quraish Shihab: Hadits Nabi dan Abu Hurairah r.a
QS: “Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang
disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu
pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan
satu keharusan. Disamping itu semua, harus diakui juga bahwa tingkat
kecerdasan dan kemampuan ilmiah, demikian juga pengenalan Abu Hurairah
r.a. menyangkut Nabi saw berada di bawah kemampuan sahabat-sahabat besar
Nabi saw, atau istri Nabi, Aisyah r.a.” (hal. 160).
QS: “Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah.” (hal. 150).
PPS: “Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah r.a. dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah. Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah r.a. sejatinya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A’zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau’i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ?Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain.”
QS: “Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah.” (hal. 150).
PPS: “Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah r.a. dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah. Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah r.a. sejatinya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A’zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau’i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ?Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain.”
Pesantren Sidogiri Bongkar Penyimpangan Quraish Shihab: Abdullah bin Saba'
QS: “Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan para anti-Syiah. Ia
(Abdullah bin Saba’) adalah sosok yang tidak pernah wujud dalam
kenyataan. Thaha Husain – ilmuwan kenamaan Mesir – adalah salah seorang
yang menegaskan ketiadaan Ibnu Saba’ itu dan bahwa ia adalah hasil
rekayasa musuh-musuh Syiah.” (hal. 65).
PPS: Bukan hanya sejarawan Sunni yang mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sejumlah tokoh Syiah yang diakui ke-tsiqah-annya oleh kaum Syiah juga mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sa’ad al-Qummi, pakar fiqih Syiah abad ke-3, misalnya, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan sekte Saba’iyah. Dalam bukunya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20), al-Qummi menyebutkan, bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang memunculkan ide untuk mencintai Sayyidina Ali secara berlebihan dan mencaci maki para sahabat Nabi lainnya, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a.
PPS: Bukan hanya sejarawan Sunni yang mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sejumlah tokoh Syiah yang diakui ke-tsiqah-annya oleh kaum Syiah juga mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sa’ad al-Qummi, pakar fiqih Syiah abad ke-3, misalnya, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan sekte Saba’iyah. Dalam bukunya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20), al-Qummi menyebutkan, bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang memunculkan ide untuk mencintai Sayyidina Ali secara berlebihan dan mencaci maki para sahabat Nabi lainnya, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a.
Pesantren Sidogiri Bongkar Pemikiran Menyimpang Quraish Shihab
Jilbab tidak wajib dan tidak ada jaminan Rasulullah SAW masuk surga hanyalah dua hal kontroversi Dr. Quraish Shihab yang mengemuka ke publik. Terakhir, dalam kajian tafsir di Metro TV, dia bahkan membolehkan “ucapan selamat natal”.
Sepanjang sejarah, Quraish Shihab (QS) pernah menulis buku, “Sunnah -Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?” Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati pada Maret 2007. Di antara yang ditegaskan QS di buku ini bahwa perbedaan sunni dan syi’ah bukan pada ushul. QS juga menyanggah keberadaan Abdullah bin Saba’. Dia menyebut Abdullah bin Saba’ sebagai tokoh fiktif. Dalam buku ini QS juga ingin mendegradasi posisi Abu Hurairah RA sebagai sahabat Rasulullah SAW yang paling banyak meriwayatkan hadis.
Syiah Pernah Membantai 30.000 Muslimin di Depan Ka'bah
Majdi Ar Roba’iy (pakar sejarah) berkata: Aku telah menghabiskan sepuluh
tahun dari umurku bersama syi’ah… Dan kupelajari sejarah mereka,
kuteliti sepak terjang mereka dan tokoh-tokoh utama mereka… Demikian
pula perseteruan mereka terhadap ahlussunnah wal jama’ah… Itu semua
kulakukan selama pengembaraan ilmiahku dalam rangka mendapatkan gelar
Master dan Doktor di bidang sejarah syi’ah, tepatnya di negeri Irak dan
Iran.
Kurenungi dengan seksama sekte Syi’ah Bathiniyyah yang menghalalkan darah kaum muslimin, dan menyebarkan paham syi’ah dengan api dan besi (kekuatan senjata)… Sampai mereka berhasil memaksa bangsa Iran sejak 400 tahun untuk memeluk syi’ah…
Mereka memaksa jutaan warga ahlussunnah wal jama’ah di Iran untuk menganut paham syi’ah, sampai-sampai para sejarawan mengatakan bahwa jumlah ahlussunnah yang dibunuh oleh syi’ah di masa daulah Shafawiyah (Syi’ah Rafidhah) mencapai SATU JUTA JIWA.
Kurenungi dengan seksama sekte Syi’ah Bathiniyyah yang menghalalkan darah kaum muslimin, dan menyebarkan paham syi’ah dengan api dan besi (kekuatan senjata)… Sampai mereka berhasil memaksa bangsa Iran sejak 400 tahun untuk memeluk syi’ah…
Mereka memaksa jutaan warga ahlussunnah wal jama’ah di Iran untuk menganut paham syi’ah, sampai-sampai para sejarawan mengatakan bahwa jumlah ahlussunnah yang dibunuh oleh syi’ah di masa daulah Shafawiyah (Syi’ah Rafidhah) mencapai SATU JUTA JIWA.
Fatwa Ulama-ulama Muktabar tentang Bahaya dan Sesatnya Syiah
Tradisi Berdarah Syiah |
Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka (Syiah Rafidhah) beliau berkata: “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)
Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata: Saya telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, mak ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok terjelek! (terhodoh)”. (al-Manaqib, karya al-Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)
MUI: Ajaran Syiah Penuhi 10 Kriteria Aliran Sesat
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyatakan bahwa sekte
Syiah yang akhir-akhir ini banyak dipertanyakan oleh masyarakat adalah
kelompok sesat dan menyimpang. Menurut MUI, ajaran Syiah telah memenehui
sepuluh kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan MUI dalam Rakernas
pada Selasa, 6 Nopember 2007, di Sari Pan Pasifik, Jakarta.
Dalam buku ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’ yang diterbitkan oleh MUI Pusat pada bulan Nepember 2013 ini disebutkan bahwa suatu ajaran dalam Islam jika mengandung sepuluh kriteria yang telah ditetapkan MUI di Jakarta di atas merupakan ajaran menyimpang dan sesat. Sepuluh kriteria yang disebutkan MUI tersebut adalah, pertama; mengingkari salah satu Rukun Islam dan Rukun Iman , kedua; menyakini atau mengikuti Aqidah yang tidak sesuai dengan dalil Syar’I (Al Qur’an dan As Sunnah), ketiga; menyakini turunnya wahyu sesudah Al Qur’an, keempat; mengingkari autentitas dan kebenaran Al Qur’an.
Dalam buku ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’ yang diterbitkan oleh MUI Pusat pada bulan Nepember 2013 ini disebutkan bahwa suatu ajaran dalam Islam jika mengandung sepuluh kriteria yang telah ditetapkan MUI di Jakarta di atas merupakan ajaran menyimpang dan sesat. Sepuluh kriteria yang disebutkan MUI tersebut adalah, pertama; mengingkari salah satu Rukun Islam dan Rukun Iman , kedua; menyakini atau mengikuti Aqidah yang tidak sesuai dengan dalil Syar’I (Al Qur’an dan As Sunnah), ketiga; menyakini turunnya wahyu sesudah Al Qur’an, keempat; mengingkari autentitas dan kebenaran Al Qur’an.
Subscribe to:
Posts (Atom)