Thursday, 23 April 2015

Fatwa Ulama-ulama Muktabar tentang Bahaya dan Sesatnya Syiah

Tradisi Berdarah Syiah
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)

Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka (Syiah Rafidhah) beliau berkata: “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)

Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata: Saya telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, mak ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok terjelek! (terhodoh)”. (al-Manaqib, karya al-Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

selanjunya imam syafi’i
berkata juga pada halaman yang sama
“Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187, al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)

“asy-Syafi’i berkata tentang seorang Syi’ah Rafidhah yang ikut berperang: “Tidak diberi sedikit pun dari harta rampasan perang, karena Allah menyampaikan ayat fa’i (harta rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami”. (Surah al-Hasyr, 59: 10) maka barang siapa yang TIDAK menyatakan demikian, tentunya tidak berhak (mendapatkan bahagian fa’i).”
(at-Thabaqat, 2/117. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/487)

Al-Buwaitiy (murid Imam Syafi'i) bertanya kepada Imam Syafi'i, “Bolehkah aku shalat di belakang orang Syiah?” Imam Syafi'i berkata, “Jangan shalat di belakang orang Syi'ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji'ah” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi'i menyifatkan, “Siapa saja yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi'ah”. (Siyar A’lam Al-Nubala 10/31)

Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal)

Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Razi berkata: “Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari shahabat Rasulullah, maka ketahuilah bahwa ia seorang zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita haq, dan Al Qur’an haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah adalah para shahabat Rasulullah. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para shahabat) dengan tujuan untuk meniadakan Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah.” (Al-Kifayah, hal. 49, karya Al-Khathib Al-Baghdadi)

Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)

Al-Imam ‘Amir Asy-Sya’bi berkata: “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih dungu dari Syi’ah.” (As-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin Al-Imam Ahmad)

Prof. Dr. Ahmad bin Sa’ad al-Ghamidi berkata ketika membantah seorang ulama Syi’ah, “Demi Allah, wahai Abu Mahdi! Sungguh ketika saya membaca buku-buku anda, seakan saya membaca khurafat-khurafat, akal-akal yg tidak mengenal kejernihan Islam dan kebeningannya. Saya memuji Allah atas hidayah dan kejernihan akidah.” (Hiwar Hadi’ Ma’ad ad-Duktur al-Qazwini asy-Syi’i al-Itsna Ayari)

Pada tempat yg lain, setelah menyebutkan beberapa kitab-kitab induk Syi’ah, beliau berkata, “Demi Allah, sesungguhnya seorang muslim yg terdidik di atas dua wahyu (Al-Qur’an dan as-Sunnah) pasti akan merasa malu kalau buku-buku ini dinisbatkan kepada agamanya, khususya buku Basha’ir ad-Darajat.”

Ahmad Amin al-Mishri
menulis dalam kitabnya Fajr al-Islam (hal. 33), bahwa tasyayyu adalah tempat berlindung setiap orang yang ingin menghancurkan Islam. (nisyi/Syiah Indonesia)

No comments:

Post a Comment